PII Gagas Student Entrepreneur School (SES) untuk Bangsa

Suspimnas PII
PBB MENANGKAN JOKOWI-MARUF -- PB Pelajar Islam Indonesia (PII) bertekad berkontribusi melalui pendidikan, pendampingan dan peningkatan kapasitas kader dalam bidang kewirausahaan. Salah satu wujudnya ialah digagasnya lembaga Student Entrepreneur School (SES).

“Lembaga ini menjadi bagian integral kebijakan organisasi demi mendorong gerakan kewirausahaan nasional,” kata Mauliza Effendi dalam Suspimnas PII periode 2017-2020 di Aula Kemenpora RI, Senin (15/7). Lembaga tersebut, kata Mauliza, diluncurkan pada kegiatan Suspimnas PII kali ini.

Mauliza menerangkan beberapa langkah yang akan digerakan ke depan antara lain melakukan inventarisasi resource organisasi, riset, perumusan kurikulum pendidikan kewirausahaan yang efektif dan kemitraan dengan stakeholders bisnis.

“Kami mendorong agar organisasi mampu melahirkan para kader yang berorientasi pada penguatan bidang ekonomi dan kemandirian
organisasi,” paparnya.

Acara Suspimnas dilanjutkan dengan kursus kepemimpinan bagi utusan masing-masing wilayah se-Indonesia organisasi PII, hingga tiga hari ke depan.

“Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas para pengurus organisasi sekaligus mempersiapkan regenerasi kepemimpinan organisasi di tingkat Pengurus Besar, Pelajar Islam Indonesia (PB PII) periode selanjutnya,” kata Mauliza.

Sekadar informasi, PII merupakan salah satu organisasi pelajar tertua di Indonesia, di mana secara resmi bangkit pertama kali pada 4 Mei 1947 di Kota Yogyakarta.

Mengutip situs PII, salah satu faktor yang melandasi kebangkitan PII adalah adanya dualisme dalam sistem pendidikan terhadap umat Islam Indonesia oleh penjajah Belanda yaitu pesantren dan sekolah umum. Pesantren memiliki orientasi esakatologis sementara sekolah umum berorientasi pada duniawi. Sebagai konsekuensi dari dualisme sistem ini para siswa terpecah menjadi dua kubu dan saling mengejek. Para santri mengklaim sekolah umum sebagai sekolah sekuler yang tidak percaya pada Tuhan, sistem pendidikan warisan penjajah Belanda dan mengkafirkan para siswa yang belajar di sekolah umum. Pada sisi yang lain, pelajar dari sekolah umum mengejak santri sebagai pelajar yang tradisional, kuno, konservatif dan ketinggalan jaman.

Menapaki usianya yang telah mencapai 72 tahun, hingga kini PII masih cukup eksis di pentas nasional dan berusaha memberikan kontribusi dalam upaya memajukan bangsa dan negara, khususnya peningkatan produktivitas bangsa.

“PII mempunyai peran strategis untuk berkontributsi dalam upaya memajukan bangsa dan negara khususnya dalam peningkatan produktivitas bangsa. Para pengurus nantinya harus dapat melakukan masukan dan action plan yang konkrit dalam menjawab tantangan jaman,” kata Ketum PB PII, Husin Tasrik Makruf Nasution.

“Dalam menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 dan pemanfaatan bonus demografi misalnya, kita punya peran penting karena basis pengkaderan PII di kalangan generasi milenial rentang usia 15-30 tahun. Jangan sampai kita terjebak rutinitas organisasi tapi tak mampu menjawab tantangan jaman dengan inovasi,” paparnya Tasrik.

Husin menilai akibat dari Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak industri, tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Kita telah melihat banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang, yang telah memasukkan gerakan ini ke dalam agenda nasional mereka sebagai salah satu cara untuk meningkatkan daya saing di kancah pasar global.

“Dengan di-launching-nya SES kami berharap dapat berkontributsi melakukan proses pendampingan dan pemberdayaan generasi muda Indonesia agar menjadi generasi enterpreneur yang tangguh di masa depan,” pungkasnya. (sumber)

Posting Komentar

0 Komentar