Jusuf Kalla: Tanpa Teknologi, Bank Tak Bakal Laku Lagi

Wapres Jusuf Kalla dan Ketum Partai Bulan BIntang Yusril Ihza Mahendra (ilustrasi)



PBB MENANGKAN JOKOWI-MARUF -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan perkembangan teknologi telah mempengaruhi pola hidup masyarakat, termasuk aktivitas berbisnis. Fenomena disrupsi teknologi atau digital disruption ini juga terjadi pada industri perbankan.

Informasi tersebut disampaikan wapres pada acara Mandiri Beyond Wealth yang diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan.

"Teknologi mengatur hidup kita dan juga menguasai gaya hidup kita, termasuk perbankan. Tanpa teknologi bank itu tidak laku lagi pada dewasa ini," katanya, Rabu (7/8).

Menurut dia, dengan perubahan pola bisnis tersebut pelaku usaha tidak lagi mengutamakan keuntungan tetapi lebih kepada nilai (value) daripada perusahaan tersebut. Sebut saja, beberapa perusahaan teknologi yang masih merugi namun secara nilai terus bertumbuh.

JK yang juga memiliki latar belakang pengusaha, menyatakan pola bisnis tersebut sangat berbeda dengan pola bisnis 30 tahun silam, ketika ia masih aktif di dunia usaha.

"Perubahan ini tentu mengubah gaya, mengubah perbankan, mengubah sistem yang mana harus kita ikuti. Kalau tidak kita ikuti maka akan terjadi sebuah kemunduran," tuturnya.

Menurut dia, saat ini masyarakat sangat terikat dengan empat perusahaan besar global yang notabene berasal dari perusahaan teknologi. Empat perusahaan tersebut, yakni Google, Facebook, Twitter, dan Amazon.

"Perkembangan teknologi dalam bidang bisnis sangat menentukan arah ke depan," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunadi mengatakan digital disruption merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Namun, dengan penggunaan teknologi yang tepat, produktif, dan efisien hal tersebut justru bisa dijadikan keunggulan daya saing (competitive advantage) bagi perusahaan.

"Fenomena digital disruption mulai mulai terlihat jelas salah munculnya perusahaan berbasis teknologi," ujarnya.

Ia mengutip sebuah riset internasional dari MIT Sloan Management di tahun 2017 yang menunjukkan jika perusahaan yang mendapatkan 50 persen persen dari ekosistem digital mampu mencapai pertumbuhan pendapatan 32 persen lebih tinggi dari perusahaan yang tidak memanfaatkan keunggulan teknologi.

Di samping itu, margin laba perusahaan tercatat 27 lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak sama sekali menggunakan teknologi digital.

Oleh sebab itu, lanjutnya, Bank Mandiri memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan bisnisnya.

"Bank Mandiri juga terus berbenah maju mengikuti inovasi teknologi bisnis yang ada. Wealth Management Group melalui Mandiri Private dan Mandiri Prioritas tentunya tidak ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi tersebut," imbuhnya.

Ia menyebut dana kelolaan lini bisnis Wealth Management Bank Mandiri mencapai Rp205 triliun pada Juni 2019. Nilai tersebut meningkat 6,75 persen dibandingkan akhir Juni 2018.

Angkanya konsisten tumbuh 8 persen-10 persen tiap tahun. Sementara itu nasabah high net worth individuals (HNWI) tercatat 55 ribu nasabah.

Sebagai informasi, acara Mandiri Beyond Wealth mengangkat tema Empowering Future Generation Through Bussiness Innovation.

Narasumber yang mengisi acara kali ini merupakan pelaku usaha sukses di bidang start up, antara lain Shinta Dhanuwardoyo seorang Angel Investor dan founder dari bubu.com, Nathanael Faibis yang merupakan founder dari Alodokter, dan Stefanie Kurniadi Co-founder Warunk Upnormal dan Bakso Boejangan. (sumber)

Posting Komentar

0 Komentar