Sheikh Ubaidullah, Jejak Dakwah dari Madinah ke Lakshadweep, India

Sheikh Ubaidullah adalah seorang ulama keturunan Arab dari Madinah yang lahir sekitar tahun 663 Masehi atau 41 Hijriah. Namanya dikenang luas di kepulauan Lakshadweep, India, sebagai sosok yang memperkenalkan Islam pertama kali di wilayah itu.

Sejak kecil, tidak banyak catatan yang menjelaskan kehidupan awalnya. Namun, silsilahnya dipercaya bersambung kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama dalam sejarah Islam. Hal ini membuat kedudukannya dihormati oleh banyak orang yang mengenalnya.

Nama Ubaidullah sendiri memiliki makna “hamba kecil Allah.” Kata Ubaid berasal dari bentuk kecil kata Abd, yang berarti hamba, sedangkan Allah jelas merujuk pada Tuhan. Nama itu seakan menegaskan peran hidupnya sebagai seorang pengabdi.

Perjalanan dakwahnya bermula dari sebuah peristiwa spiritual. Riwayat menyebutkan bahwa ketika beribadah di Masjid Nabawi di Madinah, Ubaidullah tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat Nabi Muhammad ï·º yang memintanya pergi ke negeri jauh di timur Jeddah untuk menyebarkan Islam.

Bagi Ubaidullah, mimpi itu bukan sekadar bunga tidur. Ia menafsirkannya sebagai perintah ilahi. Dengan penuh keyakinan, ia memutuskan meninggalkan tanah kelahirannya di Hijaz dan berlayar menyeberangi lautan menuju negeri asing yang belum dikenalnya.

Perjalanan itu tidak mudah. Kapalnya diterpa badai besar di tengah laut hingga akhirnya karam. Ubaidullah hanya bertahan dengan sebuah papan kayu, terombang-ambing di lautan luas. Hingga pada akhirnya ia terdampar di Pulau Amini pada tahun 41 Hijriah atau 663 Masehi.

Di pulau itu, ia mulai menjalankan misi dakwah. Tantangan pertama yang dihadapinya adalah bahasa dan budaya setempat yang sama sekali berbeda. Namun, dengan kesabaran, ia berhasil mengajak satu keluarga besar, yaitu keluarga Pondambelli, untuk masuk Islam.

Keberhasilan awal itu tidak serta-merta membuatnya diterima luas. Justru ada penolakan dari sebagian masyarakat Amini. Situasi ini membuat Ubaidullah memutuskan pindah ke Pulau Andrott bersama beberapa pengikut barunya.

Di Andrott, dakwahnya berkembang lebih pesat. Masyarakat di pulau itu lebih terbuka terhadap ajarannya. Perlahan, semakin banyak penduduk yang memeluk Islam melalui ajakan damai dan keteladanan hidup yang ditunjukkannya.

Tidak berhenti di sana, Ubaidullah juga melanjutkan dakwah ke pulau-pulau lain seperti Kavaratti dan Agatti. Kehadirannya diterima dengan antusias oleh sebagian besar masyarakat, meskipun tantangan tetap ada.

Setelah beberapa lama, ia kembali lagi ke Amini. Berbeda dengan kedatangannya yang pertama, kali ini ia disambut dengan hangat. Dakwahnya membuahkan hasil besar, hingga hampir seluruh penduduk pulau itu akhirnya masuk Islam.

Keberhasilan itu membuat Ubaidullah semakin dikenal dan dihormati. Ia tidak hanya berdakwah dengan kata-kata, tetapi juga membimbing masyarakat dalam menjalankan ajaran Islam sehari-hari.

Di usia senjanya, Ubaidullah memilih menetap di Pulau Andrott. Di sanalah ia menghabiskan sisa hidupnya dengan berdakwah, mengajar, dan membimbing generasi baru Muslim di kepulauan itu.

Ia tidak pernah kembali lagi ke tanah kelahirannya di Hijaz. Seluruh hidupnya diabdikan untuk dakwah di negeri jauh, sesuai dengan petunjuk yang ia yakini datang langsung dari mimpi bertemu Nabi Muhammad ï·º.

Ketika wafat, jasadnya dimakamkan di Masjid Juma di Pulau Andrott. Masjid tersebut kini menjadi salah satu situs bersejarah dan destinasi religi di Lakshadweep.

Masyarakat setempat meyakini bahwa masjid itu dibangun pada masa hidup Ubaidullah, sehingga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Hingga kini, banyak peziarah mendatanginya untuk mengenang jasa dakwahnya.

Warisan terbesarnya terlihat nyata dalam komposisi penduduk Lakshadweep saat ini. Sekitar 97 persen dari total populasi beragama Islam, sebuah angka yang diyakini berasal dari dakwah yang ditegakkan Ubaidullah lebih dari 1.300 tahun lalu.

Sejarah ini menunjukkan bagaimana perjalanan seorang ulama dari Madinah mampu mengubah wajah sebuah kepulauan yang jauh dari Tanah Arab. Dakwah yang dimulai dari mimpi akhirnya menorehkan pengaruh besar lintas generasi.

Sheikh Ubaidullah tidak hanya dikenang sebagai penyebar Islam di Lakshadweep, tetapi juga simbol pengabdian total terhadap dakwah. Hidupnya menjadi bukti bagaimana keyakinan, keberanian, dan kesabaran mampu membawa perubahan besar dalam sejarah suatu bangsa.

Posting Komentar

0 Komentar