Islam di Kongo: Madrasah, Ulama, dan Tokoh Pemerintah


Republik Demokratik Kongo (RDK) merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Katolik dan Protestan, namun komunitas Muslim di negara ini memiliki peran signifikan dalam bidang pendidikan dan pemerintahan. Islam pertama kali masuk ke wilayah ini melalui pedagang Arab pada abad ke-19, dan hingga kini, meskipun minoritas, umat Islam tetap aktif dalam berbagai sektor kehidupan.

Meskipun tidak ada data pasti mengenai jumlah madrasah di RDK, laporan menunjukkan bahwa terdapat ribuan masjid yang tersebar di seluruh negeri. Organisasi Islam utama di sana, Communauté Islamique du Congo (COMICO) pimpinan Imam Sheikh Abdallah Mangala Tatu, bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengelola pendidikan Islam, termasuk madrasah yang sering kali berlokasi di dekat masjid. Sekolah-sekolah ini tidak hanya mengajarkan Al-Qur'an, tetapi juga mengadopsi sistem pendidikan yang inklusif, sering kali menerima siswa dari berbagai latar belakang agama.

Salah satu madrasah yang terkenal di RDK adalah Madrasah Al-Falah yang terletak di kota Beni. Madrasah ini dikenal karena kualitas pendidikannya yang tinggi dan telah melahirkan banyak lulusan yang berkontribusi dalam masyarakat. Selain itu, Madrasah Al-Hikmah di Kinshasa juga memiliki reputasi baik dalam mendidik generasi muda Muslim di ibu kota.

Dalam hal ulama, Syekh Ali Amini merupakan salah satu tokoh yang dikenal luas di kalangan komunitas Muslim RDK. Beliau adalah ulama senior yang aktif dalam dakwah dan pendidikan Islam di wilayah timur RDK, khususnya di kota Beni. Sayangnya, pada tahun 2021, Syekh Ali Amini tewas ditembak saat sedang melaksanakan salat Isya di masjid utama kota Beni, sebuah peristiwa yang mengejutkan dan menyedihkan bagi umat Islam di negara tersebut.

Selain Syekh Ali Amini, terdapat juga tokoh-tokoh Islam lain yang berperan penting dalam kehidupan keagamaan dan sosial di RDK. Namun, informasi mengenai ulama besar lainnya masih terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Dalam bidang pemerintahan, meskipun umat Islam merupakan minoritas, mereka telah menunjukkan partisipasi aktif dalam struktur birokrasi negara. Beberapa pegawai negeri dan pejabat lokal berasal dari komunitas Muslim, meskipun jumlah mereka tidak signifikan dibandingkan dengan kelompok agama lain. Partisipasi ini menunjukkan bahwa umat Islam di RDK tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan, tetapi juga berperan dalam pembangunan dan pelayanan publik.

Pemerintah RDK, meskipun mayoritas beragama Kristen, memberikan ruang bagi keberagaman agama dalam struktur sosial dan politik. Hal ini tercermin dalam kebijakan yang mendukung kebebasan beragama dan menghormati hak-hak minoritas, termasuk umat Islam.

Secara keseluruhan, meskipun Islam merupakan agama minoritas di RDK, komunitas Muslim di negara ini memiliki peran yang signifikan dalam bidang pendidikan, dakwah, dan pemerintahan. Madrasah-madrasah yang tersebar di seluruh negeri menjadi pusat pendidikan dan pembinaan umat, sementara ulama dan tokoh-tokoh Islam terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal pengakuan dan representasi politik. Meskipun telah ada kemajuan, umat Islam di RDK masih perlu berjuang untuk mendapatkan tempat yang lebih besar dalam struktur pemerintahan dan kehidupan sosial negara. Oleh karena itu, penting bagi komunitas Muslim di RDK untuk terus memperkuat pendidikan, dakwah, dan partisipasi politik guna memastikan suara mereka didengar dan dihormati.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, kerjasama antara umat Islam di RDK dengan organisasi-organisasi Islam internasional dan negara-negara Muslim dapat menjadi langkah strategis. Melalui kerjasama ini, diharapkan dapat tercipta sinergi yang mendukung pengembangan pendidikan Islam, peningkatan kapasitas ulama, dan pemberdayaan komunitas Muslim di RDK.

Dengan demikian, meskipun berada dalam posisi minoritas, umat Islam di Republik Demokratik Kongo memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan negara dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sosial-politik. Peran aktif mereka dalam pendidikan, dakwah, dan pemerintahan menjadi bukti bahwa Islam tetap hidup dan berkembang di tengah keberagaman agama di RDK.

Di Republik Demokratik Kongo, orang-orang yang ingin menempuh pendidikan agama pada tingkat universitas biasanya menempuh beberapa jalur, baik di dalam negeri maupun di luar negeri:

1. Universitas Islam di dalam negeri:

Ada beberapa institusi pendidikan tinggi Islam, meski jumlahnya terbatas dibanding universitas umum. Contohnya, Université Islamique du Congo yang berlokasi di Kinshasa, menyediakan program studi Al-Qur’an, fikih, sejarah Islam, dan pendidikan agama.

Program-program ini sering kali bekerja sama dengan organisasi Islam seperti COMICO untuk kurikulum dan sertifikasi ulama.

2. Sekolah Teologi dan Institut Pendidikan Tinggi Kristen juga menyediakan studi perbandingan agama:

Beberapa mahasiswa Muslim mengambil mata kuliah terkait agama di universitas Kristen untuk mendapatkan perspektif lebih luas, karena universitas umum di DRC kadang menyediakan fakultas teologi atau studi agama.

3. Studi di luar negeri:

Banyak orang Kongo Muslim melanjutkan pendidikan di negara-negara Afrika Utara (Mesir, Maroko, Tunisia), atau di Timur Tengah (Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Sudan) untuk mendapatkan gelar sarjana, magister, atau doktor di bidang studi Islam.

Mereka biasanya kembali ke DRC sebagai ulama, dosen madrasah, atau tokoh agama komunitas.

4. Pelatihan informal dan madrasah tingkat lanjut:

Selain universitas, ada madrasah yang menawarkan pendidikan lanjutan untuk calon pengajar agama atau pemimpin komunitas, yang terkadang bekerja sama dengan lembaga internasional.

Posting Komentar

0 Komentar